Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kepulauan Seribu mengolah lumpur hasil olahan dari Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD) di Pulau Tidung menjadi media tanam ramah lingkungan.
Petugas PJLP Suku Dinas Sumber Daya Air (SDA) dan Suku Dinas Lingkungan Hidup (LH) Kabupaten Kepulauan Seribu berkolaborasi untuk mengolah lumpur dari air limbah tersebut.
“Kegiatan ini telah berlangsung selama dua minggu di sekitar zona utara SPALD Pulau Tidung,” kata Kepala Seksi Air Bersih dan Air Limbah Suku Dinas SDA Kepulauan Seribu Rezky Arie Pranata di Jakarta, Senin.
Menurut dia, inovasi itu merupakan bagian dari aksi perubahan yang didorong oleh keterbatasan armada penyedot lumpur di wilayah kepulauan. Hal itu lantaran selama ini lumpur Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di daratan dikelola oleh PD PAL Jaya dan dibuang ke Instalasi Pengelolaan Lumpur Tinja (IPLT).
Namun, karena di pulau belum tersedia armada penyedot, maka pihaknya mencari cara alternatif agar limbah ini tidak mencemari lingkungan.
Ia mengatakan lumpur dari hasil pengolahan IPAL, termasuk endapan dari manhole yang rutin dibersihkan akan dikumpulkan dalam karung dan ditempatkan di bak pengering (sludge drying bed).
Setelah dikeringkan, lumpur tersebut dicampur dengan kompos hasil pengolahan sampah organik, dan dimanfaatkan sebagai media tanam.
“Subur dan hasilnya bagus. Ini jauh lebih efisien. Kami bisa produksi media tanam sendiri dari lumpur SPALD,” kata Rezky.
Ia menjelaskan program ini juga melibatkan masyarakat secara langsung sebagai bentuk pemberdayaan. Banyak warga yang sebelumnya sudah antusias meminta lumpur ini sebagai pupuk, namun belum dapat digunakan karena masih mengandung bakteri.
“Melalui proses pengeringan dan pencampuran dengan kompos, lumpur kini aman dimanfaatkan sebagai media tanam,” kata dia.
Menurut dia, inovasi ini menjadi bagian dari program jangka pendek selama dua bulan ke depan dengan target identifikasi dan pengumpulan lumpur SPALD dan kompos organik yang layak, pencampuran lumpur IPAL dan kompos menjadi media tanam.
“Penyusunan panduan proses pengolahan dan pemanfaatan, pelibatan awal masyarakat dan pemangku kepentingan di Pulau Tidung,” ujarnya.
Sementara itu, Anggota Dewan Kabupaten Kepulauan Seribu Selatan, Munawar mengapresiasi inisiatif seperti ini karena bisa jadi contoh pengelolaan limbah berbasis masyarakat.
Selain membantu penyediaan media tanam yang berkualitas, program ini juga diharapkan mampu mengurangi pencemaran lingkungan akibat penumpukan lumpur dan limbah organik.
“Serta meningkatkan partisipasi warga dalam menjaga kebersihan lingkungan secara berkelanjutan,” tuturnya.
Source : antaranews.com